Setelah sekian lama gak pernah aktif buat nulis blog, akhirnya harus nulis buat posting sesuatu karena tugas kuliah :3. untuk melengkapi tugas Kewirausahaan guys. semoga bapak dosennya ngeliat tulisan kita kita yaa. btw ini tugas kelompok :* kita mau ngenalin produk namanya C'FRITO. sok sokan banget ya namanya :( tapi aslinya itu cilok goreng yang kita udah inovasiin. langsung aja yahhh males banyak cingcong
BUSSINESS PLAN
KEWIRAUSAHAAN
C’Frito Lezat Berkualitas
Tugas Bisnis Plan:
Tugas ini dikerjakan sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah “Kewirausahaan”pada ProgramStudi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun akademik 2017/2018 di bawah bimbingan Dr. Bambang Jatmiko, S.E, M.Si.
Oleh Tim:
Vernanda Yulia Eka Putri 20170420048
Alya Jilan Sabiqoh 20170420058
Eta Safira Silmiya 20170420073
Norina Ardini 20170420082
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017/2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Sekarang ini banyaknya pengangguran di
Indonesia diakibatkan kurang tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai
sehingga diperlukannya terobosan-terobosan baru dalam menciptakan peluang
kerja. Namun, bukan hal yang mudah bagi masyarakat untuk menciptakan peluang-peluang
tersebut dikarenakan kurangnya pendidikan serta keterampilan. Salah satu
alternative yang paling banyak dilakukan masyarakat terutama masyarakat
menengah ke bawah adalah dengan membuka usaha kecil-kecilan. Sebenarnya usaha
kecil-kecilan tersebut sudah membuka peluang usaha yang besar apabila dikelola
dengan baik. Pada kenyataannya tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Hal ini
dikarenakan kurangnya keterampilan dalam menentukan peluang usaha dengan
kondisi daerah yang dijadikan sasaran dalam berusaha.
Di kota Yogyakarta salah satu peluang
usaha yang masih terbuka adalah usaha di bidang jajanan khususnya jajanan yang
murah seperti cilok. Dapat kita ketahui bahwa anak-anak, remaja maupun orang
tua suka sekali dengan jajanan seperti cilok. Orang- orang beranggapan bahwa
cilok itu hanya terbuat dari aci atau tepung kanji yang dicampur dengan
penyedap rasa yang kemudian di kukus. Cilok disajikan dengan bumbu atau sambal
baik bumbu kacang atau bumbu kecap. Panganan cilok ini memang sangat popular di
tengah masyarakat. Tingginya pecinta cilok membuat banyak orang menjajakan
cilok dalam berbagi tempat. Namun dari waktu ke waktu inovasi cilok telah
muncul dengan lebih menarik dan inovasi.
Pada umumnya masyarakat selalu
menginginkan sesuatu yang berbeda, tidak terkecuali dengan hal kuliner atau
makanan. Oleh karena itu, dengan menciptakan C’FRITO (cilok gorong) dengan
aneka topping ini konsumen bisa lebih tertarik. Olahan C’Frito ini tidak
menggunakan bahan pengawet ataupun bahan lainnya yang dapat membahayakan
kesehatan konsumen. Pada pengolahan C’Frito ini ada beberapa bahan baku yang dibutuhkan seperti tepung
terigu atau kanji dan bahan lainya seperti pembuatan cilok pada umumnya. Yang
membedakan produk ini ada pada inovasi pemberian topping dengan berbagai varian
rasa seperti rasa balado, pedas, ayam bakar, keju, dan yang lainnya.
Makanan baru yang unik, berbeda, dan
inovatif sangat disukai oleh pasar begitupun dengan cilok goreng bertoping
varian rasa ini dimana hadirnya makanan tersebut dalam usaha kuliner akan lebih
diterima masyarakat dengan sambutan yang sangat positif. Peluang lewat usaha
C’Frito menjadi salah satu peluang usaha yang sangat menguntungkan dan dapat
dijadikan pilihan usaha menjanjikan.
·
Nama produk : C’Frito
C’Frito adalah nama produk sekaligus nama perusahaan yang
didirikan oleh 4 mahasiswi jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yaitu Vernanda Yulia, Safira Silmiya, Alya Jilan Sabiqoh, dan Norina
Ardini dibawah bimbingan Dr. Bambang Djatmiko, S.E.,M.Si
Gambar 1.1
Logo Brand C’Frito
Logo C’Frito memiliki filosofi dan makna masing-masing.
Bentuk bulat merupakan bentuk fisik dari C’Frito yang berbentuk bulat selain
itu, bulat atau lingkaran menunjukkan kekohan, kesempurnaan dan keutuhan. Huruf
t didalam lingkaran merupakan bagian dari nama produk yang apabila digabungkan
dengan lingkaran yang dibaca o menjadi “to” dari kata Frito dan jika dilihat
dari sisi lain huruf t tersebut juga bisa dibaca sebagai huruf f yang juga
mewakili kata Frito. Sementara, mata dan 3 terbalik merupakan sebuah lambang
emoticon :3 yang tengah digemari banyak orang. Garis melambangkan kekuatan dan
tekat dari pendiri-pendiri perusahaan. Kami juga meletakkan nama produk C’Frito
sebagai penjelas dan identitas perusahaan. C’Frito sendiri merupakan kata yang
kami ambil dari bahasa spanyol Frito yang artinya Goreng sementara C merupakan
singkatan dari Cilok yang kemudian diartikan menjadi Cilok Goreng.
·
Slogan perusahaan : C’Frito
Lezat Berkualitas
Slogan C’Frito Lezat Berkualitas
kami jadikan slogan karena kalimat tersebut mudah diingat oleh banyak orang dan
sebagai motivasi bagi perusahaan untuk tetap menjaga kelezatan dan kualitas
produk.
1.3 Visi,
Misi dan Tujuan Perusahaan
·
Visi
Menjadikan makanan tradisional sebagai
makanan yang diminati masyarakat dengan inovasi varian rasa.
·
Misi
1. Membuat
C’Frito dengan inovasi cilok digoreng.
2. Membuat
C’Frito dengan varian topping yang beraneka rasa.
3. Memasarkan
C’Frito secara langsung maupun melalui media sosial.
4. Selalu
memberikan kepuasan kepasa konsumen terhadap cita rasa C’Frito.
·
Tujuan
1. Memperoleh
keuntungan.
2. Menambah
pengalaman dan ilmu pengetahuan kewirausahaan dalam melakukan usaha.
3. Mewujudkan
kemampuan dan kemantapan dalam berwirausahaan untuk meningkatkan kemajuan
berwirausaha.
1.4 Sasaran
dan Target Perusahaan
Sasaran dan target
untuk produk ini yaitu seluruh masyarakat di Yogyakarta, khususnya mahasiswa di
daerah UMY. Hal ini dikarenakan lokasi pembuatan produk kami yang berada di
sekitar UMY.
1.5 Analisis
SWOT (Strenght,
Weakness, Opportunity, Threat)
·
Strength
1.
Modal tercukupi
2.
Kualitas rasa produk
baik
3.
Sesuai dengan selera
anak muda
4.
Harga jual yang
terjangkau
5.
Telah tersedia tempat
untuk menjual produk
·
Weakness
1.
Pengolahan yang sulit
2.
Pembuatan yang
memakan waktu
3.
Tidak tahan lama
karena tidak memakai bahan pengawet
4.
Kurangnya publikasi
tentang produk
5.
Masyarakat belum
mengenal brand produk
·
Opportunity
1.
Produk mudah disukai
masyarakat
2.
Masyarakat mudah menyukai
inovasi dari jajanan tradisional
3.
Masyarakat memiliki
selera terhadap topping pada makanan
·
Treat
1.
Tidak ada investor
2.
Mudahnya pesaing untuk
masuk kedalam pasar
3.
Pandangan masyarakat
mengenai cilok yang kurang sehat
4. Masyarakat
sensitive terhadap harga makanan yang terlalu mahal
Tabel 1.1
Analisi
SWOT
|
Strength
· Modal tercukupi
· Kualitas rasa produk baik
· Sesuai dengan selera anak muda
· Harga jual yang terjangkau
· Telah tersedia tempat untuk menjual produk
|
Weakness
·
Pengolahan
yang sulit
·
Pembuatan yang
memakan waktu
·
Tidak tahan
lama karena tidak memakai bahan pengawet
·
Kurangnya
publikasi tentang produk
·
Masyarakat
belum mengenal brand produk
|
||||
Opportunity
·
Produk mudah
disukai masyarakat
·
Masyarakat mudah
menyukai inovasi dari jajanan tradisional
·
Masyarakat memiliki
selera terhadap topping pada makanan
|
Strategi
SO
-
Mempertahankan
kualitas produk
-
Menyediakan
tester produk
-
Memperbanyak varian
rasa
-
Memperbanyak pilihan
topping
-
Mencari tahu apa yang tengah
digemari masyarakat
|
Strategi
WO
-
Membuat
kemasan yang unik pada produk
-
Melakukan
potongan penjualan / promo
-
Menjaga
kebersihan tempat produksi dan tempat penjualan
|
Treat
·
Tidak ada
investor
·
Mudahnya pesaing untuk
masuk kedalam pasar
·
Pandangan masyarakat
mengenai cilok yang kurang sehat
·
Masyarakat sensitive
terhadap harga makanan yang terlalu mahal
|
Strategi
ST
-
Memperbaiki
pandangan masyarakat tentang cilok yang dianggap tidak sehat dengan
menggunakan bahan bahan yang berkualitas
-
Mencari investor
untuk tambahan modal
-
Mempertahankan harga
atau menurunkan harga jika dirasa memungkinkan
|
Strategi
WT
-
Melakukan
promosi di media sosial
-
Meminimalkan waktu pembuatan
-
Melakukan
promosi langsung
-
Bekerja sama
dengan berbagai pihak untuk mengenalkan brand produk
|
BAB II
MANAJEMEN DAN ORGANISASI
2.1
Kebijakan
Sumber Daya Manusia
Kebijakan SDM
yang diterapkan pada usaha kami adalah setiap karyawan adalah orang yang ahli
dibidangnya. Karena akan menetukan kelayakan dari produk yang dihasilkan. Serta
kedisplinan menjadi hal utama yang harus diperhatikan pada setiap individu demi
keberlangsungan sebuah usaha yang sedang dijalankan. Untuk menjamin kinerja
setiap individu maka akan dilakukan pengecekan di lapangan sesuai dengan job desc masing masing.
A. Kebijakan Perusahaan
Kelompok kami
berkomitmen penuh untuk menjaga keamanan pangan, kualitas, dan kehalalan dari
produk yang dihasilmakn dan didistribusiakn, dengan tetap menjaga keselamatan
dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan.
1. Manajer (Pemilik)
Bertanggung
jawab penuh atas perusahaan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh bagian dan
kepala pelaksana, memberikan reward kepada karyawan yang memiliki prestasi
kerja, dapat memenuhi target yang diberikan dan keperhasilan pencapaian
penjualan, memberi sanksi kepada karyawan yang melanggar SOP dan melaksana
kordinasi langsung kepada kepala bagian mengenai perkembangan perusahaan dan
penyusunan perencanaan.
2. Produksi
Melaksanakan
kegiatan yang berhubungan dengan operasi produksi yang sesuai dengan standar
yang berlaku, setiap hasil produksi diuji dengan indikator yang telah dibuat
untuk memastikan kualitas dan mutu produk, tidak membatasi pelaksanaan produksi
untuk mengembangkan kratifitasnya dalam penciptaan produk makanan ringan maupun
pengembangan inovasi produksi sehingga proses 29 penelitian dan pengembangan
berjalan selanjutnya bagian produksi melakukan pelaporan hasil kinerja kepada
bagian teknis untuk di presentasikan mengenai perkembangan bagian produksi dan
hal yang harus dibenahi serta target yang dicapai.
3. Administrasi dan Keuangan
Administrasi
keuangan bertanggung jawab kepada manajer perusahan (pemilik) atas segala
transaksi dan faktur yang berhubungan dengan kegiatan operasional dan produksi
perusahaan. Setiap transaksi yang ada dicatat dan diarsipkan menurut kelompok
kegiatan transaksi yang terjadi, piutang dan hutang diurutkan berdasarkan jatuh
tempo terdekat sehingga tidak akan terjadi keterlambatan penagihan maupun
pembayaran, membuat laporan keuangan harian yang langsung disampaikan kepada
pimpinan perusahaan diakhir shift serta laporan keuangan bulanan dan tahunan.
4. Marketing
Marketing
berhubungan dengan pihak eksternal sehingga perlu adanya pengawasan terhadap
kinerja marketing dengan cara marketing akan diberikan target oleh manajer yang
selanjutnya di akhir bulan marketing melaksanakan presentasi hasil kinerjanya
selama satu bulan dan memaparkan respon konsumen, klien dan partener mengenai
perusahaan.
B. Kebijakan Karyawan
·
Melaksanakan
tugas/pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh pengabdian, kesadaran dan
bertanggung jawab.
·
Memelihara dan
meningkatkan keutuhan, kekompakan dan persatuan untuk menciptakan suasana kerja
yang baik sesuai dengan harapan perusahaan.
·
Selalu
menggunakan alat-alat keselamatan kerja dan selalu mencegah terjadinya tindakan
atau keadaan yang dapat menimbulkan bahaya seperti misalnya kebakaran,
kecelakaan kerja dan sebagainya dalam perusahaan.
2.2
Tugas Pokok
Fungsi
A.
Manajer
(Vernanda Yulia)
Manajer adalah jabatan yang
berfungsi sebagai pengawas dan juga pengendali dalam perusahaan. Pemilik
terdiri dari 4 orang yang mendirikan usaha dan membangun usaha.
Tugas :
1. Mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan dan kegiatan yang ada di
perusahaan.
2. Mengambil keputusan setiap rencana atau kegiatan perusahaan yang
akan dilaksanakan.
3. Menggaji karyawan
4. Memberhentikan karyawan apabila terjadi karyawan dengan sengaja
memiliki maksud merugikan bisnis.
5. Menjalin kerja sama dengan pihak luar demi menunjang
keberlangsungan dan pembentukan brand image.
6. Memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh bagian keuangan setiap
bulan.
Tanggung
jawab :
1. Menilai dan mengontrol kinerja setiap karyawannya.
2. Memastikan aturan-aturan kerja (SOP) dilaksanakan dengan baik dan
benar oleh seluruh karyawan.
3. Memastikan pemikiran manajemen dengan pemikiran karyawan sejalan.
4. Memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
B.
Divisi Keuangan
(Alya Jilan)
Divisi keuangan adalah salah satu
divisi yang ada diperusahaan yang tugasnya ialah memberikan laporan keuangan
rutin bagi direktur, serta juga bertugas untuk mencatat segala pengeluaran maupun
pemasukan.
C.
Divisi
Penjualan dan Pemasaran (Eta Safira)
Divisi ini bertugas untuk menentukan
produk yang akan dijual, menentukan harga jual, serta bertanggung jawab untuk
mencapai target penjualan setiap bulan. Terdiri dari 3 orang (1 orang kepala
marketing dan 2 orang anggota).
Tugas:
1. Mempresentasikan hasil kerja yang telah dicapai.
2. Memperkenalkan berbagai produk olahan pisang kepada masyarakat
luas, khususnya di dalam kampus.
3. Menjalin kerja sama dengan pihak eksternal dalam acaraacara atau kegiatan
tertentu.
Tanggung jawab :
1. Menampung dan merespon segala keluhan dari pelanggan.
2. Menyampaikan keluhan pelanggan kepada pemilik (manajer).
3. Menjaga nama baik bisnis dan menjaga relasi dengan mitra kerja.
4. Menjaga kepuasan pelanggan.
D.
Divisi Penjualan
dan Administrasi (Norina Ardini)
Mengatur dan mengawasi pekerjaan
administrasi penjualan seperti pembuatan faktur, delivery order dan pekerjaan
administrasi lainnya di bidang pemesanan. Bagian administrasi yang terdiri dari
2 orang (1 orang kasir dan 1 orang akuntan) yang mempunyai tugas berbeda, untuk
menghindari penyelewangan uang.
Tugas kasir :
1.
Mengetik total
pembayaran pesanan sesuai dengan daftar pesanan pelanggan di mesin.
2.
Mengecek
keaslian dan jumlah uang pembayaran dari pelanggan.
3.
Arsip segala
bentuk bukti pembayaran dengan rapi dan tertib.
Tugas akuntan:
1.
Catat semua transaksi
keuangan.
2.
Mengatur setiap
pengeluaran.
3.
Mengarsip
nota-nota pembelian bahan baku, bahan pembantu, peralatan, dan lain-lain.
4.
Menyerahkan
laporan keuangan (pemasukan dan pengeluran) setiap bulan.
Tanggung jawab kasir:
1.
Menyetorkan
uang pembayaran dari pelanggan kepada akuntan untuk dilakukan pembukuan.
2.
Menyerahkan
bukti pembayaran dari pelanggan kepada akuntan.
Tanggung jawab akuntan:
1.
Membuat laporan
keuangan rutin setiap bulan kepada manajer.
2.
Melaporkan
perencanaan anggaran kepada manajer.
E.
Divisi Produksi
(Alya Jilan)
Menentukan jenis dan jumlah
barang-barang yang harus dibeli, Memeriksa barang yang diterima, dan Mengadakan
pemeriksaan dan penganalisaan. Produksi yang terdiri dari 3 orang (1 orang
kepala produksi, dan 2 lainnya sebagai anggota).
Tugas :
1. Menyiapkan pesanan pelanggan dengan kualitas tinggi sesuai dengan
arahan resep.
2. Bantu menciptakan komunikasi yang baik antara waiter dengan
karyawan yang berada di dapur.
3. Menerapkan langkah-langkah penyajian makanan yang hiegenis secara
benar.
4. Menerapkan langkah-langkah rutin pembuangan sampah & kebersihan
dapur dan menjaga keamanan perlengkapan dapur.
5. Menerapkan cara kerja yang aman dan dorong karyawan lain untuk
bertindak serupa.
6. Melakukan inovasi terhadap olahan pisang.
Tanggung Jawab :
1. Menyiapkan pesanan secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam hal
waktu dan penyajian.
2. Awasi anggota tim dapur yang bertanggung jawab terhadap pesanan.
3. Memastikan kualitas dan kuantitas bahan baku dari suppliersesuai
pesanan, dan lakukan penyimpanan.
4. Meningkatkan mutu dan kualitas produk.
2.3
Struktur
Organisasi

Gambar 2.1
Struktur
Organisasi
Keterangan
:
1.
Pemilik
Usaha yang kami jalankan ini adalah jenis usaha rumahan yang masih
berskala kecil. Maka dari itu, pemilik tetap yang merupakan pemilik modal usaha
ini beranggotakan 4 orang. Dari 4 orang ini, masing-masing menyetor modal
sebagai modal awal usaha yang dibantu juga dari investor yang mendukung.
2.
Manajer Utama
Dalam usaha ini yang bertindak sebagai manajer utama atau bisa
disebut ketua dari usaha ini adalah Vernanda Yulias. Tugasnya adalah mengatur
jalannya keseluruhan usaha. Dari awal usaha didirikan hingga proses usaha
dijalankan.
3.
Manajer
Pendukung
Dalam usaha ini menajer pendukung ada 2 orang, di ambil dari
beberapa pemilik odal yang ahli dibidangnya. Yaitu manajer operasi dan manajer
keuangan. Dalam hal ini, kedua orang dalam bidang ini bertindak sebagai kepala
yang mengatur dalam hal operasi usaha dan keuangan usaha.
4.
Staf Pendukung
Dalam usaha ini, manajer pendukung tentu dibantu dengan staf yang
nantinya membantu usaha. Disini ada 4 staf yang membantu, yaitu bidang operasi
dibanu staf produksi, marketing dan distribusi. Sedangkan bidang financial dibantu
oleh staf administrasi dan keuangan.
BAB III
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PERUSAHAAN
3.1
Definisi
Pengendalian Intern
Pengendalian internal merupakan
bagian yang sangat penting agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tanpa adanya
pengendalian internal, tujuan tujuan perusahaan tidak dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Semakin besar perusahaan semakin penting pula arti dari
pengendalian internal dalam perusahaan tersebut.
Secara umum, pengendalian internal
merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur
dan pedoman operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan umumnya
menggunakan Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan
dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. Definisi pengendalian internal
yang dikemukan oleh banyak penulis pada umumnya bersumber dari definisi yang
dibuat oleh COSO (The Committee Of Sponsoring Organizations Of Treadway
Commission).
Pada edisi yang baru, COSO (2013)
mendefinisikan pengendalian internal sebagai berikut: "Internal control is
a process, affected by an entity's board of directors, management, and other
personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement
of objectives relating to operations, reporting, and compliance"
Pengertian pengendalian internal
control menurut COSO tersebut, dapat dipahami bahwa pengendalian internal
adalah proses, karena hal tersebut
menembus kegiatan operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari
kegiatan manajemen dasar. Pengendalian internal hanya dapat menyediakan
keyakinan memadai, bukan keinginan mutlak. Hal ini menegaskan bahwa sebaik
apapun pengendalian internal itu dirancang dan dioperasikan,hanya dapat
menyediakan keyakinan yang memadai, tidak dapat sepenuhnya efektif dalam
mencapai tujuan pengendalian internal meskipun telah dirancang dan disusun
sedemikian rupa dengan sebaik baiknya. Bahkan bagaimanapun baiknya pengendalian
internal yang ideal di rancang, namun keberhasilannya bergantung pada kompetisi
dan kendala dari pada pelaksanaannya dan tidak terlepas dari berbagai keterbatasan.
Dari beberapa pendapat para ahli
dapat dijelaskan bahwa tujuan pengendalian internal yaitu mencakup tiga hal
pokok yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Tujuan tujuan
operasi yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi.
Bahwa pengendalian internal
dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari semua operasi
perusahaan sehingga dapat mengendalikan biaya yang bertujuan untuk mencapai
tujuan organisasi.
2.
Tujuan-tujuan
pelaporan
Bahwa pengendalian internal
dimaksudkan untuk meningkatkan keandalan data serta catatan catatan akuntansi
dalam bentuk laporan keuangan dan laporan manajemen sehingga tidak menyesatkan
pemakai laporan tersebut dan dapat diuji kebenarannya.
3.
Tujuan-tujuan
ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Bahwa pengendalian internal
dimaksudkan untuk meningkatkan ketaatan entitas terhadap hukum hukum dan
peraturan yang telah ditetapkan pemerintah, pembuat aturan terkait, maupun
kebijakan kebijakan entitas itu sendiri.
Ketiga tujuan pengendalian internal tersebut merupakan hasil
(output) dari suatu pengendalian internal yang baik, yang dapat dicapai dengan
memperhatikan unsur unsur pengendalian internal yang merupakan proses untuk
menghasilkan pengendalian internal yang baik. Oleh karena itu, agar tujuan
pengendalian internal tercapai, maka perusahaan harus mempertimbangkan unsur
unsur pengendalian internal.
3.2
Prinsip-Prinsip
Sistem Pengendalian Intern
Kerangka pengendalian internal COSO
(2013) menyatakan 17 prinsip yang merepresentasikan konsep-konsep fundamental
yang terkait dengan tiap-tiap komponen pengendalian internal. Prinsip-prinsip
pengendalian internal dirumuskan langsung dari komponen pengendalian internal,
sehingga entitas akan mencapai pengendalian internal secara efektif dengan
menerapkan semua prinsip. Semua prinsip pengendalian internal terkait dengan
tujuan-tujuan entitas, baik dalam kategori operasi, pelaporan keuangan, maupun
kepatuhan.
Berikut adalah prinsip-prinsip
pengendalian internal dimaksud.
·
Lingkungan
pengendalian
1. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai
etika.
2. Dewan komisaris (atau dewan pengawas) menunjukkan independensi dari
manajemen dan melaksanakan pengawasan atas pengembangan dan pelaksanaan
pengendalian internal.
3. Di bawah pengawasan dewan komisaris (atau dewan pengawas),
manajemen menetapkan struktur organisasi, garis pelaporan, serta wewenang dan
tanggung jawab yang tepat sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
4. Organisasi menunjukkan komitmen dalam merekrut, mengembangkan, dan
mempertahankan individu-individu yang kompeten sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
5. Organisasi memberikan dukungan bagi individu-individu yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengendalian internal sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.
·
Penilaian
risiko
6. Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar identifikasi
dan penilaian risiko terkait tujuan-tujuan itu bisa dilakukan.
7. Organisasi melakukan identifikasi risiko atas pencapaian tujuan
entitas secara menyeluruh dan dan melaksanakan analisis risiko sebagai landasan
untuk menetapkan manajemen risiko.
8. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam
melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
9. Organisasi melakukan identifikasi dan penilaian atas
perubahan-perubahan yang mungkin berdampak signifikan terhadap sistem
pengendalian internal.
·
Aktivitas
pengendalian
10. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas
pengendalian yang yang akan memberikan kontribusi dalam meminimalkan risiko
atas pencapaian tujuan hingga mencapai tingkat toleransi risiko yang bisa
diterima.
11. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas
pengendalian umum atas teknologi pendukung pencapaian tujuan.
12. Organisasi memberlakukan aktivitas-aktivitas pengendalian melalui
kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan melalui prosedur yang
menjabarkan kebijkan menjadi tindakan.
·
Informasi dan
komunikasi
13. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan informasi
yang relevan dan berkualitas untuk mendukung komponen-komponen pengendalian
internal lain berfungsi sebagaimana mestinya.
14. Organisasi melakukan komunikasi informasi secara internal, termasuk
tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal, yang diperlukan untuk
mendukung the pengendalian internal berfungsi sebagaimana mestinya.
15. Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait
hal-hal yang mempengaruhi berfungsinya komponen-komponen pengendalian internal
lainnya.
·
Monitoring
Activities
16. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi, baik
yang dilakukan secara terus-menerus (berkelanjuatan) maupun yang dilakukan
secara terpisah untuk memastikan apakah komponen-komponen pengendalian internal
ada dan berfungsi.
17. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan-kelemahan
pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggung
jawab untuk mengambil tindakan koretif, termasuk manajemen puncak dan dewan
komisaris (atau dewan pengawas serupa), sebagaimana mestinya.
3.3
Komponen-Komponen
Sistem Pengendalian Intern
Kerangka pengendalian internal COSO
(2013) menetapkan lima komponen pengendalian internal:

Gambar 3.1
Berdasarkan gambar tersebut
menjelaskan bahwa ada suatu hubungan langsung antara tujuan-tujuan sebagai apa
yang hendak dicapai entitas dengan komponen komponen pengendalian internal yang
mewakili apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tujuan itu, serta struktur
organisasi entitas pada setiap tingkatan (divisi, unit, operasi, fungsi, dan lainnya).
Ketiga kategori tujuan tersebut (operasi, pelaporan, dan ketaatan) diwakili
oleh kolom, kemudian kelima komponen pengendalian internal diwakili oleh baris,
sedangkan struktur organisasi entitas direpresentasikan oleh ketiga dimensinya.
Agar lebih jelas berikut ini akan
dijelaskan kelima komponen pengendalian internal tersebut :
1.
Lingkungan
Pengendalian (Control Invironment)
Lingkungan pengendalian menciptakan
suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personal
organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan
untuk semua komponen pengendalian internal yang membentuk disiplin dan
struktur.
Berdasarkan rumusan COSO, bahwa
lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai seperangkat standar, proses, dan struktur
yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal di seluruh
organisasi.
Selanjutnya, COSO menyatakan, bahwa
terdapat lima prinsip yang harus ditegakkan atau dijalankan dalam organisasi
untuk mendukung lingkungan pengendalian agar dapat terwujud dengan baik, yaitu:
- Organisasi yang terdiri dari dewan direksi, manajemen, dan personil
lainnya menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.
- Dewan direksi menunjukkan indenpendensi dari manajemen dan dalam
mengawasi pengembangan dan kinerja pengendalian internal.
- Manajemen dengan pengawasan dewan direksi menetapkan struktur,
jalur pelaporan, wewenang-wewenang dan tanggung jawab dalam mengejar tujuan.
- Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik, mengembangkan, dan
mempertahankan individu yang kompetensi sejalan dengan tujuan.
- Organisasi meyakinkan individu bertanggung jawab atas tugas dan
tanggung jawab pengendalian internal mereka dalam mengejar tujuan.
2.
Penilaian
Risiko (Risk Assessment)
Menurut COSO, penilaian risiko
melibatkan proses yang dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko terhadap pencapaian tujuan. Risiko itu sendiri dipahami sebagai
suatu kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi pencapaian
tujuan entitas, dan risiko terhadap pencapaian seluruh tujuan dari entitas ini
dianggap relatif terhadap toleransi risiko yang ditetapkan. Oleh karena itu,
penilaian risiko membentuk dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus
dikelola oleh organisasi.
Prinsip-prinsip yang mendukung
penilaian risiko menurut COSO sebagai berikut:
-
Organisasi
menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk memungkinkan identifikasi
dan penilaian risiko yang berkaitan dengan tujuan.
-
Organisasi
mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian tujuan di seluruh entitas dan
analis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
-
Organisasi
mempertimbangkan potensi kecurangan dalam menilai risiko terhadap pencapaian
tujuan.
-
Organisasi
mengidentifikasi dan menilai perubahan yang signifikan dapat mempengaruhi
sistem pengendalian internal
3.
Pengendalian (Control Activities)
Menurut COSO, aktivitas pengendalian
adalah tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan dan
prosedur-prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk
mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan. Aktivitas pengendalian
dilakukan pada semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam proses bisnis,
dan atas lingkungan teknologi.
Aktivitas pengendalian memiliki
berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tindakan dan fungsi
organisasi. Aktivitas pengendalian meliputi kegiatan yang berbeda,seperti:
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, analisis, prestasi kerja, menjaga keamanan
harta perusahaan dan pemisahan fungsi.
COSO menegaskan mengenai prinsip
prinsip dalam organisasi yang mendukung aktivitas pengendalian yaitu sebagai
berikut:
- Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang
berkontribusi terhadap mitigasi risiko pencapaian sasaran pada tahap yang dapat
diterima.
- Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian umum
atas teknologi untuk mendukung tercapainya tujuan.
- Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan
kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan, dan prosedur-prosedur yang
menempatkan kebijakan kebijakan ke dalam tindakan.
4.
Informasi Dan
Komunikasi (Information And Communication)
COSO menjelaskan bahwa informasi
sangat penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian
internal guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya. Informasi yang diperlukan
manajemen adalah informasi yang relevan dan berkualitas baik yang berasal dari
sumber internal maupun eksternal dan informasi yang digunakan untuk mendukung
fungsi komponen-komponen lain pengendalian internal. Informasi diperoleh
ataupun dihasilkan melalui proses komunikasi antar pihak internal maupun
eksternal yang dilakukan secara terus- menerus, berulang, dan berbagi.
Kebanyakan organisasi membangun suatu sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang andal, releva,n dan tepat waktu.
Ada 3 prinsip yang mendukung
komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian internal menurut COSO,
yaitu:
- Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan informasi
yang berkualitas dan yang relevan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.
- Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk
tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal dalam rangka mendukung
fungsi pengendalian internal.
- Organisasi berkomunikasi dengan pihak internal mengenai hal-hal
yang mempengaruhi fungsi pengendalian internal.
5.
Aktivitas
Pemantauan (Monitoring Activities)
Aktivitas pemantauan menurut COSO
merupakan kegiatan evaluasi dengan beberapa bentuk apakah yang sifatnya
berkelanjutan, terpisah maupun kombinasi keduanya yang digunakan untuk
memastikan apakah masing-masing dari kelima komponen pengendalian internal
mempengaruhi fungsi fungsi dalam setiap komponen, ada dan berfunsi. Evaluasi
berkesinambungan, (terus menerus) dibangun ke dalam proses bisnis pada tingkat
yang berbeda dari entitas menyajikan informasi yang tepat waktu. Evaluasi
terpisah dilakukan secara periodik, akan bervariasi dalam lingkup dan frekuensi
tergantung pada penilaian risiko, efektifitas evaluasi yang sedang berlangsung,
bahan pertimbangan manajemen lainnya. Temuan-temuan dievaluasi terhadap
kriteria yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan, lembaga-lembaga pembuat
standar yang diakui atau manajemen dan dewan direksi, dan kekurangan kekurangan
yang ditemukan dikomunikasikan kepada manajemen dan dewan direksi.
Kegiatan pemantauan meliputi proses
penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu, dan
memastikan apakah semuanya dijalankan seperti yang diinginkan serta apakah
telah disesuaikan dengan perubahan keadaan. Pemantauan seharusnya dilakukan
oleh personal yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap
desain maupun pengoperasian pengendalian pada waktu yang tepat, guna menentukan
apakah pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk
menentukan apakah pengendalian internal tersebut telah disesuaikan dengan
perubahan keadaan yang selalu dinamis.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
pemantauan dilakukan untuk memberikan keyakinan apakah pengendalian internal
telah dilakukan secara memadai atau tidak. Dari hasil pemantauan tersebut dapat
ditemukan kelemahan dan kekurangan pengendalian sehingga dapat diusulkan
pengendalian yang lebih baik.
BAB IV
ANALISIS PEMASARAN
- Analisis Pesaing dan Peluang Pasar
- Analisis Pesaing
Setelah kita tahu siapa saja pesaing kita, tentukan kekuatan mereka dan cari tahu kerentanan mereka. Mengapa nasabah membeli dari mereka? Apakah karena harga? pelayanan? kenyamanan? Fokuskan terutama pada kekuatan dan kelemahan yang “dirasakan” seperti yang kita lakukan terhadap perusahaan sesungguhnya. Ini karena persepsi nasabah ternyata bisa lebih penting dari kenyataan.
Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan, dan lima kekuatan tersebut adalah para pesaing industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok. Adapun lima ancaman yang ditimbulkan kekuatan tersebut adalah ancaman persaingan segmen yang ketat, ancaman pendatang baru, dan ancaman peningkatan kemampuan/kekuatan posisi tawar pemasok.
- Ancaman persaingan segmen yang ketat
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat, atau agresif.
- Ancaman pendatang baru
Daya tarik segmen berbeda-beda menurut tingginya hambatan untuk masuk dan keluarnya.
- Ancaman produk substitusi
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi produk yang aktual atau potensial.
- Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar (bargaining power) yang kuat atau semakin meningkat.
- Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok
Segmen tertentu menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang mereka pasok.
- Strategi menghadapi pesaing
Perencanaan produk, mencakup semua kegiatan produsen dan penyalur untuk menentukan susunan product line, sehingga konsumen bisa membedakan produk yang satu dengan lainnya. Maksudnya perusahaan akan selalu mengikuti perkembangan pasar, barang yang ditawarkan harus disempurnakan sebelum mengadakan perubahan barang.
- Perdagangan, mencakup semua kegiatan perencanaan dari produsen dan penyalur untuk menyesuaikan produknya dengan permintaan pasar.
- Perencanaan produk, mencakup semua kegiatan produsen dan penyalur untuk menentukan susunanproduct line, sehingga konsumen akan bisa membedakan produk yang satu dengan lain nya. Maksudnya perusahaan akan selalu bisa mengikuti perkembangan pasar, barang yang ditawarkan harus disempurnakan sebelum mengadakan perubahan barang.
- Pengembangan barang, mencakup kegiatan teknis tentang penelitian, pembuatan dan perencanaan bentuk produk
- Perdagangan, mencakup semua kegiatan perencanaan dari produsen dan penyalur untuk menyesuaikan produknya dengan permintaan pasar.
- Peluang Pasar
Promosi merupakan salah satu konsep dari C’Frito, promosi ini mengacu pada menawarkan inovasi dan cita rasa yang berbeda kepada pembeli. Dimana pembeli dimanjakan dengan produk jajanan cilok yang berbeda dari biasanya. Peluang pasar pada C’Frito ini sangat bagus mengingat adanya warna baru dalam jajanan kuliner yang kekinian. Ditambah dengan target konsumen yang mudah dijangkau karena memang produk C’Frito ditujukan bagi semua kalangan umur.
- Analisis Pasar (4P)
Peranan marketing mix pada C’Frito terdiri dari 4P yaitu :
Product : C’Frito merupakan makanan khas Bandung yaitu cilok yang berbahan baku tepung kanji berbentuk bulat dengan tekstur kenyal. Keistimewaan dari produk ini adalah digorengnya cilok dengan lapisan tepung panir ditambahkan topping varian rasa seperti balado, pedas, keju, BBQ, dsb.
Price : Harga dari C’Frito beragam, sesuai dengan keinginan konsumen yaitu mulai dari harga Rp 5.000,- hingga Rp 8.000,-
Place : Produk C’Frito akan dipasarkan di wilayah Yogyakarta dengan membuka stand di berbagai acara dan pameran tertentu yang dapat memungkinkan untuk memasarkan produk C’Frito ini.
Promotion : Promosi yang dilakukan unuk memasarkan produk ini yakni dengan cara membuka stand di berbagai acara, pameran, atau bazar tertentu. Produk ini juga akan dipasarkan melalui social media seperti Instagram, Line, Facebook, BBM, dan lain-lain.
- Peranan STP (Segmenting, Targeting, dan Positioning) terhadap produk C’frito antara lain :
- Segmenting
- Wilayah Geografis
Produk C’Frito ini dipasarkan untuk masyarakat umum khususnya di daerah Yogyakarta dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
- Umur 8 – 40 tahun
Produk C’Frito ini dapat dikonsumsi oleh segala tingkatan umur, mulai dari anak-anak umur 8 tahun, dewasa hingga orang tua umur 40 tahun, terutama remaja pada umur 15 tahun ke atas.
- Pendapatan
Produk C’Frito ini ditawarkan dengan harga yang murah sehingga dapat dibeli oleh semua kalangan, baik yang berpendapatan rendah seperti tenaga kerja tak terdidik hingga kalangan atas seperti tenaga kerja terdidik yang memiliki jabatan tinggi.
- Targeting
Target untuk produk ini yaitu seluruh masyarakat di Yogyakarta, khususnya mahasiswa di daerah UMY. Hal ini dikarenakan lokasi pembuatan produk kami yang berada di sekitar UMY.
- Positioning
C’Frito mempunyai keistimewaan yaitu digorengnya cilok dengan lapisan tepung panir ditambahkan topping varian rasa seperti balado, pedas, keju, BBQ, dsb.
BAB V
ANALISIS PRODUK
5.1
Definisi Produk
Produk yang kami
buat adalah makanan ringan bernama C’Frito. C’Frito merupakan makanan khas dari
Bandung yakni cilok yang memiliki kepanjangan yaitu aci dicolok. Seperti cilok
pada umumnya, produk cilok yang kami buat berbahan baku tepung kanji yang
dibentuk bulat. Keistimewaan dari cilok yang kami buat adalah penggunaan tepung
panir dan tambahan varian rasa seperti keju, balado, BBQ, mayonnaise, saus, dll. sebagai topping dari cilok tersebut.
5.2
Keunggulan dan
Kelemahan Produk
C’Frito adalah
produk inovasi yang dibuat untuk menunjuang kebutuhan pangan konsumen yang
sesuai dengan selera masyarakat masa kini. Keunggulan C’Frito dibandingkan
pesaing pada umumnya yaitu:
a.
Produk
C’Frito yang kami buat 100% menggunakan bahan baku yang berkualitas dan dapat
dijamin kebersihannya sehingga citra rasa dan kualitas produk terjamin.
b.
Terdapat
varian harga sesuai keinginan konsumen sehingga konsumen dapat membeli C’Frito
sesuai budget.
c.
Harga
C’Frito terjangkau bagi kalangan bawah ke atas yaitu Rp 5.000,- hingga Rp
8.000,-.
Sedangkan kelemahan C’Frito yaitu:
a.
Produk
cilok goreng masih jarang ditemui sehingga belum banyak konsumen yang tahu
mengenai produk makanan cilok goreng.
b.
Adanya
pandangan mengenai cilok yang kurang sehat.
5.3
Bahan dan Proses
Pembuatan Produk
Untuk pembuatan ±450 cilok.
Ø Bahan
-
2 kg tepung
kanji
-
2 kg tepung
terigu
-
500 gr bawang
putih haluskan
-
250 gr daun
bawang
-
4 sachet penyedap
rasa sapi
-
3 sachet merica
bubuk
-
250 gram gula
pasir
-
250 garam garam
-
air secukupnya
-
500 gram tepung
panir
-
2 liter minyak
goring
-
4 butir telur
-
500 gram bubuk
varian rasa topping (BBQ, balado, keju, pedas, ayam bakar)
Ø Proses Pembuatan
1.
Mencampur
tepung kanji dan tepung terigu lalu ayak. Selanjutnya menambahkan daun bawang
serta bawang putih lalu aduk hingga rata. Kemudian menyisihkan dahulu.
2.
Kemudian memanaskan
air (400ml), menambahkan garam, kaldu, dan merica bubuk (jika suka). Lalu membiarkan
air hingga mendidih.
3.
Memasukkan air
yang masih panas tersebut kedalam campuran tepung sedikit demi sedikit sambil
menguleni hingga rata dan kalis atau hingga adonan mudah untuk dibentuk. Jika
dirasa adonan sudah sudah bisa dibentuk hentikan penambahan air agar adonan
tidak terlalu encer.
4.
Mengambil
adonan sedikit dan bentuk bulat (cilok), melakukan sampai adonan habis.
5.
Kemudian merebus
cilok ke dalam air mendidih. Jika cilok mengapung itu menandakan bahwa cilok
sudah matang. kemudian mengangkat cilok tersebut lalu meniriskan sesaat sebelum
di kukus lagi hingga matang dan empuk.
6.
Jika cilok
sudah dikukus dan matang, mendiamkan sebentar agar sedikit dingin.
7.
Kemudian menyelupkan
ke dalam telur yang telah dikocok lepas. menggulingkan cilok di atas tepung
roti atau panir.
8.
Memanaskan
minyak kemudian goreng dengan minyak panas hingga warnanya berubah jadi kuning
keemasan.
9.
Segera mengangkat
cilok goreng yang sudah matang.
10.
Menyajikan
cilok goreng dengan menambahkan varian topping seperti rasa pedas,
balado, keju, dan yang lainnya.
5.4
Logistik
Bahan baku utama dari produk ini
adalah tepung terigu dan tepung kanji yang mudah dijumpai baik di pasar
tradisional maupun pasar modern. Sehingga untuk bahan baku tidak menjadi
kendala bagi kami untuk mendapatkannya.
Untuk penyimpanan bahan baku ini pun
terbilang mudah, untuk tepung hanya disimpan ditempat yang tidak lembab
kemudian ditutup dengan rapat agar tidak masuk binatang ataupun debu. Untuk
mencegah hal hal yang tidak diinginkan kami sudah menyiapkan lemari khusus
untuk menyimpan tepung tepung ini dan juga bahan bahan lainnya. Kemudian untuk
bahan tambahan lain yang memerlukan penyimpanan khusus kita sudah menyiapkan
lemari pendingin agar semua bahan tetap terjaga kualitasnya.
Kemudian untuk penditribusian produk
ini, selain memanfaatkan peluang pasar seara langsung seperti menjual di stand
sebuah event, kami memanfaatkan social media sebagai lahan promosi yang sangat
efektif dan tidak membutuhkan dana yang besar. Cukup menggunakan smartphone dan
pastinya koneksi internet. Social media yang kami gunakan seperti instagram,
facebook, line dsb. Kami juga memberika system PO (pemesanan terlebih dahulu)
yang membuat konsumen lebih dimanjakan, agar produk yang dijajakan akan tetap
lezat ketik sampai pada pelanggan.
BAB VI
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
6.1
Gambaran Umum
Perusahaan
C’Frito memiliki sejarah sebelum
dapat terbentuk, C’Frito adalah nama produk sekaligus nama perusahaan yang
didirikan oleh 4 mahasiswi jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yaitu Vernanda Yulia, Safira Silmiya, Alya Jilan Sabiqoh, dan Norina
Ardini dibawah bimbingan Dr. Bambang Djatmiko, S.E.,M.Si. sebagai dosen mata
kuliah Kewirausahaan. C’Frito merupakan perusahaan yang tergolong muda,
perusahaan ini baru terbentuk karena keseriusan dari pendiri-pendiri perusahan
yang memiliki jiwa enterpreneur dan memiliki tekat, niat serta keyakinan yang
kuat untuk memulai usaha. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 22 Maret 2018
yang bergerak dibidang makanan.
Produk yang dikenalkan merupakan
inovasi dari makanan tradisional Jawa Barat yaitu cilok yang tengah diminati
masyarakat diberbagai kalangan dan usia sehingga memudahkan perusahaan untuk
mencari pasar. C’Frito sendiri merupakan produk inovasi sehingga saingan dalam
pasar juga relative sedikit. Hal tersebut memberi keuntungan kepada C’Frito
untuk menjadi pilihan bagi masyarakat yang bosan dengan makanan yang
begitu-begitu saja, inovasi itu sendiri menjadikan masyarakat suka akan hal-hal
yang bersifat pembaharuan hal itu harus dapat dimanfaatkan oleh para
entrepreneur sebagai peluang usaha.
Sumber Daya Manusia dalam perusahaan
sangat penting bagi kesuksesan serta pengembangan internal maupun eksternal
perusahaan. Karyawan merupakan aset perusahaan oleh karena itu Rekrutmen
karyawan sebaiknya dilakukan sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan dan keahlian
sehingga mempermudah karyawan itu sendiri untuk melaksanakan tugasnya agar
memberi keuntungan bagi perusahaan.
C’Frito akan terus dikembangkan
dalam segi varian rasa dan topping serta memungkinkan juga untuk menambah
varian produk lain apabila C’Frito sukses dan laku dipasaran. Perusahaan juga
terus mencari tambahan dana dan investor untuk bekerja sama mengembangkan
perusahaan. C’Frito merupakan perusahaan yang tergolong baru sehingga
menyebabkan masih banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan yang masih harus
diperbaiki agar perusahaan tetap dapat bertahan dan berkembang agar dikenal
serta disegani berbagai pihak.
6.2
Sistem
Informasi Akuntansi
Akuntansi adalah proses pencatatan,
penggolongan, pengikhtisaran dan penyajian dengan cara-cara tertentu mengenai
transaksi-transaksi keuangan perusahaan atau badan usaha lain serta penafsiran
terhadap hasil kegiatannya (Soemarso, 2009:90). Akuntansi menurut America
Accounting Association (AAA) adalah proses mengidentifikasi, mengenali,
mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian
dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut (Sadeli, 2014:2). Dapat disimpulkan bahwa Akuntansi
merupakan proses pencatatan (recording), pengelompokan (classifiying),
perangkuman (summarizing) dan pelaporan (reporting) dari kegiatan transaksi
perusahaan. Akuntansi menghasilkan informasi dan merupakan serangkaian usaha
dan prosedur untuk menghasilkan informasi berupa laporan yang akan digunakan
oleh pihak ekstern maupun pihak intern perusahaan. Akuntansi menyediakan
informasi bagi para pemangku kepentingan menggunakan laporan akuntansi sebagai
sumber informasi akuntansi utama, meskipun bukan satu-satunya untuk membuat
keputusan.
Sistem adalah rangkaian dari dua
atau lebih komponen komponen yang saling berhubungan , yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem
kecil, yang masing-masing melakukan fungsi khusus yang penting untuk dan
mendukung bagi sistem yang besar, tempat mereka berada. (Marshall and
Steinbart, 2003). Wilkinson dan Cerullo (1995, p.5-6) menguraikan pendapatnya
tentang sistem akuntansi dengan menyinggung pengertian bahwa: “Accounting has
several facets:
1.
It is an
information system in its own right. That is, it employs various systematic
operations to generate relevant information.
2.
Accounting is
the “language of business”: it provides the means by which the key affairs of a
business firm are expressed and summarized.
3.
Accounting may
be viewed as financial information needed for the overall functioning of an
entity.
4.
Information is
intelligence that is meaningful and useful to person for whom it is intended.
System is a unified group of interacting parts that function together to
achieve its purposes.”
Menurut pengertian tersebut, sistem informasi akuntansi adalah
merupakan struktur yang menyatu dalam suatu entitas, yang menggunakan sumber
daya fisik dan komponen lain, untuk merubah data transaksi keuangan/akuntansi
menjadi informasi akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan
informasi dari para pengguna atau pemakainya (users). Beberapa batasan
pengertian (definisi) lain yang dapat dikutip misalnya pendapat Wilkie (1990)
bahwa sistem informasi akuntansi adalah merupakan sistem informasi formal,
memiliki tujuan (kegunaan), tahap, tugas, pengguna, dan sumber daya dan
mencakup ke seluruh kegiatan perusahaan dalam penyediaan informasi bagi semua
pengguna di perusahaan tersebut. Menurut George H. Bodnar dan William S.
Hopwood dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (1996, h.1) sistem
informasi akuntansi adalah, “Kumpulan sumber daya, seperti: manusia dan
peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi akuntansi.”
Informasi ini dikomunikasikan kepada para penggunanya untuk berbagai
pengambilan keputusan. Sedangkan Mulyadi (2001, h.3) mendefinisikan, ”Sistem
akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.”
Menurut Niswonger, Fess & Warren diterjemahkan oleh Ruswinarto,
H. (1995, h.248), “Sistem akuntansi adalah suatu sarana bagi manajemen
perusahaan guna mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk mengelola
perusahaan dan untuk menyusun laporan keuangan bagi pemilik, kreditor, dan
pihak lain yang berkepentingan.” Sedangkan menurut Baridwan (1998, h.6),
“Sistem akuntansi terdiri dari formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur dan
alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai suatu mengenai usaha
suatu kesalahan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam
bentuk laporan- laporan yang diperlukan oleh manejemen untuk mengawasi
usaha-usahanya dan bagi pihak- pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang
saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi.”
Berkembangnya kebutuhan informasi
telah mendorong perkembangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi,
perkembangan ini mengakibatkan perubahan beberapa istilah dan teknik yang
digunakan. Jika sebelumnya pemrosesan data akuntansi disebut dengan sistem
akuntansi, maka sekarang relevan dengan sebutan sistem informasi akuntansi.
Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan
peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam
informasi. Dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 2, Financial
Accounting Standards Board mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi.
Accouting education change commission merekomendasikan bahwa kurikulum
akuntansi harus menekankan bahwa akuntansi adalah suatu proses identifikasi,
pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi. Dengan tiga konsep dasar
yaitu (Romney, 2006:3) :
1. Pemakaian informasi di dalam pengambilan keputusan,
2. Sifat, desain, pemakaian, dan implementasi sistem informasi
akuntansi,
3. Pelaporan informasi keuangan.
Bodnar dan Hopwood menyatakan (2012:1) sistem informasi akuntansi
adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang
untuk mengubah data keuangan dan data lain ke dalam informasi. Sistem informasi
akuntansi terdiri dari lima komponen.
1. Orang. Orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan
berbagai fungsi.
2. Prosedur-prosedur. Baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan
dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas
organisasi.
3. Data. Digunakan untuk membangun informasi tentang proses-proses
bisnis organisasi. Data akan diolah sehingga menjadi informasi yang berguna.
4. Perangkat Lunak. Perangkat lunak akan digunakan untuk memproses
data dan organisasi.
5. Infrastruktur Teknologi Informasi. Yaitu termasuk komputer,
peralatan pendukung dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
5.
Menurut Leitch dan Davis (1992,
p8-10), komponen sistem informasi akuntansi terdiri dari:
·
Business
Operations
Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa aktivitas seperti perekrutan karyawan, pembelian barang persediaan dan
penerimaan kas dari pelanggan. Input sistem informasi akuntansi disiapkan oleh
bagian operasional dan outputnya digunakan untuk mengatur kegiatan operasional.
·
Transaction
Processing
Transaksi yang dilakukan perusahaan
lazimnya ialah penjualan, produksi, (bila perusahaan industri), dan pembelian.
Para penyusun (designer) sistem informasi harus paham apa dan bagaimana
transaksi-transaksi itu diproses.
·
Management
Decision Makin
Pada umumnya informasi digunakan
untuk bahan pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pihak
manajemen, oleh karena itu informasi menentukan proses pengambilan keputusan.
·
Reporting
Dalam menyusun laporan berdasarkan
sistem informasi, penyusun sistem (system designer) harus mengetahui output apa
yang dibutuhkan/diinginkan.
Menurut Mc Leod (2001, p.7), sistem akuntansi memiliki
karakteristik atau ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan sistem informasi yang
lain, khususnya sistem informasi manajemen fungsional (Pemasaran, Produksi,
Personalia, Keuangan) dan sistem informasi ekskutif. Pendapat Mc.Leod yang
diterjemahkan secara bebas dengan uraian-uraian penjelasan oleh penulis, adalah
sebagai berikut:
1.
Melaksanakan
tugas yang diperlukan
Sistem akuntansi merupakan suatu
keharusan (is a must) karena para pengelola (direksi) perusahaan memang
diwajibkan oleh stakeholder/ stockholder, yaitu elemen-elemen lingkungan
seperti pemerintah, para pemegang saham dan pemilik yang menuntut pengelola
perusahaan agar melakukan pengolahan data dan melaporkan hasil pekerjaannya
(sebagai pertanggung-jawaban, stewardship).
2.
Berpegang pada
prosedur yang relatif standar
Acuan peraturan, sistem dan praktek
akuntansi yang diterima umum (general accepted) pada standar akuntansi keuangan
menentukan cara pelaksanaan pengolahan data akuntansi (record/book-keeping
system). Semua organisasi bisnis/perusahaan dan segala jenis tipe melakukan
sistem pembukuan atau mengolah datanya dengan cara yang pada dasarnya sama
(standar).
3.
Menangani data
rinci
Data yang diolah SIA adalah data
transaksi akuntansi yang bersifat raw data dan detail (rinci) dari transaction
processing system. Data tersebut kemudian diolah dalam bentuk
pemilahan/pengelompokan/ penjumlahan untuk dapat menghasilkan laporan sesuai
dengan dimensi yang dikehendaki. Karena data rinci transaksi akuntansi kemudian
diolah dalam berbagai catatan akuntansi menjadi data yang sudah diakumulasikan,
maka sistem harus memiliki mekanisme untuk menjelaskan kegiatan perusahaan
berdasarkan data secara rinci (raw data) semula, yang disebut dengan istilah
jejak audit (audit trail).
4.
Berfokus
historis
Data yang dikumpulkan dan diolah
oleh sistem akuntansi umumnya menjelaskan apa yang terjadi di masa lampau,
yaitu data transaksi akuntansi yang telah terjadi yang kemudian dilaporkan
secara periodik (misalnya laporan bulanan mengenai kegiatan bulan yang lalu),
atau bahkan laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan
laporan perubahan ekuitas) mengenai kegiatan perusahaan selama tahun yang lalu
(misalnya dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun A, sedangkan laporan
keuangan audited lazimnya baru dapat dihasilkan pada bulan Maret tahun B).
5.
Sistem
akuntansi menghasilkan sebagian output informasi bagi para manajer perusahaan.
Laporan akuntansi standar seperti
laporan rugi laba dan neraca merupakan contohnya. Ditinjau dari sudut pandang
akuntansi keuangan (financial accounting), informasi yang dihasilkan dalam
bentuk laporan-laporan akuntansi merupakan laporan bentuk baku yang berguna
untuk pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan yang relatif ruang lingkupnya
terbatas. Laporan dalam bentuk neraca misalnya, adalah untuk mengetahui
kekayaan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Sedangkan jika ingin
mengetahui penghasilan perusahaan pada suatu periode tertentu adalah dari
laporan laba/rugi. Laporan-laporan tersebut relatif lebih terbatas kemampuannya
untuk mendukung pengambilan keputusan oleh para manajer.
6.
Menyediakan
informasi pemecahan masalah yang minimal
Seperti diuraikan di atas, laporan
akuntansi keuangan relatif terbatas untuk dapat mendukung proses pengambilan
keputusan oleh para manajer unit fungsional. Untuk memenuhi kebutuhan para
manajer tersebut, dihasilkan laporan akuntansi manajemen (accounting
management). Dengan sistem berbasis komputer, maka kedua jenis laporan yang
bersifat laporan akuntansi keuangan dan laporan akuntansi manajemen dapat
dihasilkan dengan relatif lebih mudah dan lebih terpadu. Jadi jika SIA
dipandang sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan akuntansi keuangan
maka dukungan untuk proses pengambilan keputusan relatif minimal dan standar.
Tetapi jika SIA dipandang sebagai sistem informasi manajemen akuntansi untuk
menghasilkan laporan-laporan untuk berbagai unit fungsional termasuk jenis
laporan yang bersifat what if, maka dukungan SIA juga akan bisa maksimal sepanjang
mengenai data transaksi akuntansi.
Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan di dalam penyusunan
sistem informasi akuntansi adalah:
1.
Keseimbangan
biaya dengan manfaat
Yang dimaksud dengan keseimbangan
antara biaya dengan manfaat (cost effectiveness balance) ialah bahwa sistem
akuntansi suatu perusahaan harus di-susun dengan sebaik- baiknya, tetapi dengan
biaya yang semurahmurahnya. Maksudnya adalah sistem akuntansi harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing perusahaan tetapi juga harus dengan pertimbangan
manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari biayanya.
2.
Luwes dan dapat
memenuhi perkembangan
Ciri khas suatu perusahaan modern
adalah perubahan (organization change). Setiap perubahan harus terus-menerus
menyesuaiakan diri dengan lingkungan dan perkembangannya, termasuk perubahan
kebijakan, perubahan peraturan, dan perkembangan teknologi. Sistem akuntansi
harus luwes dalam menghadapi tuntutan perubahan tersebut (flexibility to meet
future needs).
3.
Pengendalian
internal yang memadai
Suatu sistem akuntansi harus dapat
menyajikan informasi akuntansi yang diperlukan oleh pengelola perusahaan
sebagai pertanggungjawaban kepada pemilik, maupun kepada pihak- pihak yang
berkepentingan lainnya. Informasi yang disajikan harus bebas bias, error, dan
hal lain yang dapat menyesatkan. Selain dari itu sistem akuntansi juga harus
dapat menjadi alat manajemen untuk menjalankan/ mengendalikan operasi
perusahaan, termasuk pengamanan aset atau harta perusahaan (adequate internal
controls).
4.
Sistem
pelaporan yang efektif
Bila kita menyiapkan laporan, maka
pengetahuan tentang pemakai laporan (yaitu mengenai keinginannya, kebutuhan
saat ini dan yang akan datang) dapat diketahui dengan sebaik- baiknya sehingga
kita dapat menyajikan informasi yang relevan dan dipahami oleh mereka yang
menggunakannya.
Menurut Mulyadi (1993, h.19-20), sistem informasi akuntansi
memiliki empat tujuan dalam penyusunannya, yaitu :
1.
Untuk
menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha.
2.
Untuk
memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai
mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.
3.
Untuk
memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk
memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk
menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan
kekayaan perusahaan.
4.
Untuk
mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
tujuan dan karakteristik sistem akuntansi berkaitan dengan kegiatan pengelolaan
data transaksi keuangan dan non keuangan menjadi informasi yang dapat memenuhi
kebutuhan pemakainya (accounting information users).
BAB VII
SISTEM AKUNTANSI
7.1 Sistem
akuntansi
Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk
mencatat dan melaporkan informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau
suatu organisasi bisnis. Sistem akuntansi
terdiri atas dokumen bukti transaksi,
alat-alat pencatatan, laporan dan prosedur yang digunakan perusahaan untuk
mencatat transaksi-transaksi serta melaporkan hasilnya. Pada perusahaan kami,
kami menggunakan jurnal umum dengan metode perpetual, dilanjutkan dengan
pemostingan ke buku besar, dan selanjutnya dicatat dalam neraca, lalu
disesuaikan apabila terdapat penyesuaian hingga akhirnya dibuatlah laporan
keuangan.
7.2
Transaksi dan
Pencatatan Jurnal
a.
Pada 3 Januari
2018, para sekutu menyetorkan modalnya secara tunai dalam jumlah yang sama
yakni Rp 5.000.000 per orang
b.
Pada 15 Januari
2018, Perusahaan C’Frito mempersiapkan
dan membeli peralatan-peralatan yang dibutuhkan seperti kompor dan alat masak
sebesar Rp 1.000.000
c.
Pada 3
Februari, Perusahaan C’Frito membeli bahan baku yang diperlukan sebesar Rp 150.000
untuk pemesanan pelanggan sejumlah 50 porsi mini secara tunai dengan biaya angkut
Rp 6.000
d.
Pada 10
Februari, Perusahaan C’Frito menyewa tempat pada sebuah pameran sebesar Rp 60.000
pada 24 dan 25 Februari 2018
e.
Pada 20
Februari, Perusahaan C’Frito membeli bahan baku yang diperlukan sebesar 800.000
f.
Pada 24
Februari, Perusahaan C’Frito mampu menjual produk C’Frito sebanyak 100 porsi mini, 105 porsi sedang, dan 75 porsi
jumbo secara tunai
Jurnal
Tanggal
|
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
|
Jan
|
5
|
Kas
Modal
|
Rp 20.000.000
|
Rp 20.000.000
|
15
|
Peralatan
Kas
|
Rp 1.000.000
|
Rp 1.000.000
|
|
Feb
|
3
|
Persediaan
Kas
Kas
Penjualan
HPP
Persediaan
|
Rp 156.000
Rp 250.000
Rp 156.000
|
Rp 156.000
Rp 250.000
Rp 156.000
|
10
|
Beban sewa
Kas
|
Rp 60.000
|
Rp 60.000
|
|
20
|
Persediaan
Kas
|
Rp 800.000
|
Rp 800.000
|
|
24
|
Kas
Penjualan
HPP
Persediaan
|
Rp 1.880.000
Rp 800.000
|
Rp 1.880.000
Rp 800.000
|
7.3
Buku Besar
a.
Kas
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Jan
|
5
|
Setoran modal
|
Rp 20.000.000
|
Rp 20.000.000
|
|
15
|
Pembelian
peralatan
|
Rp 1.000,000
|
Rp 19.000.000
|
||
Feb
|
3
|
Pembelian
bahan baku
|
Rp 156.000
|
Rp 18.844.000
|
|
Penerimaan
penjualan
|
Rp 250.000
|
Rp 19.094.000
|
|||
10
|
Pembayaran
sewa
|
Rp 60.000
|
Rp 19.034.000
|
||
20
|
Pembelian
bahan baku
|
Rp 800.000
|
Rp 18.234.000
|
||
24
|
Penerimaan
penjualan
|
Rp 1.880.000
|
Rp 20.114.000
|
b.
Peralatan
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Jan
|
15
|
Pembelian
peralatan
|
Rp 1.000.000
|
Rp 1.000.000
|
|
c.
Persediaan
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Jan
|
5
|
Pembelian
|
Rp 156.000
|
Rp 156.000
|
|
Penjualan
|
Rp 156.000
|
-
|
|||
20
|
Pembelian
|
Rp 800.000
|
Rp 800.000
|
||
Penjualan
|
Rp 800.000
|
-
|
d.
Penjualan
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Jan
|
3
|
Penjualan
|
Rp 250.000
|
Rp 250.000
|
|
Feb
|
24
|
Penjualan
|
Rp 1.880.000
|
Rp 2.130.000
|
e.
Modal
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Jan
|
5
|
Setoran awal
|
Rp 20.000.000
|
Rp 20.000.000
|
|
f.
HPP
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Jan
|
3
|
Penjualan
|
Rp 156.000
|
Rp 156.000
|
|
Feb
|
24
|
Penjualan
|
Rp 800.000
|
Rp 956.000
|
g.
Beban Sewa
Tanggal
|
Ket
|
Debit
|
Kredit
|
Saldo
|
|
Feb
|
10
|
Pembayaran
sewa
|
Rp 60.000
|
Rp 60.000
|
|
7.4
Neraca Saldo
No
|
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
1
|
Kas
|
Rp 20.114.000
|
|
2
|
Peralatan
|
Rp 1.000.000
|
|
3
|
HPP
|
Rp 956.000
|
|
4
|
Penjualan
|
Rp 4.130.000
|
|
5
|
Modal
|
Rp 20.000.000
|
|
6
|
Beban sewa
|
Rp 60.000
|
|
Total
|
Rp 24.130.000
|
Rp 24.130.000
|
BAB VIII
FINANCIAL
8.1
Business Plan
Financial
Memiliki
pengaturan keuangan yang
efektif dan efisien
dalam pengolahan dan pengawasan
produk adalah salah
satu strategi perusahaan. Hal tersebut bertujuan agar perusahaan dapat menghasilkan produk dengan
harga serendah mungkin, namun dengan
harga jual yang tinggisehingga perusahaan akan mendapat laba yang maksimal. Namun, untuk
mencapai hal tersebut, diperlukan
perencanaan serta pengawasaan anggaran agar usaha dapat terarah dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
Menindaklanjuti
permasalahan di atas, perusahaan menggunakan beberapa metode dalampengolahan anggaran.Metode perusahaan tersebut terdiri atas perhitungan aset dengan neraca, laporan
laba rugi, sertalaporan arus kas.
Neraca, atau yang
juga dikenal sebagai
posisi keuangan bersih, adalah bentuk
laporan yang menjelaskan
nilai semua asset
yang dimiliki (sisi aktiva)
dan nilai semua
kewajiban yang dimiliki,
juga besarnya modal sendiri
(sisi passive). Dari
neraca tersebut, terlihat beberapa besar nilai yang berhasil ditambahkan dari modal yang
disetor. Selanjutnya dari laporan
laba rugi kita
dapat melihat laba
perusahaan dalam kurun waktu
tertentu. Dan dalam
Laporan Arus Kas yaitu
kita dapat mengetahui bagaimana kondisi kas, baik kas masuk maupun keluar.
8.2
Analisis Biaya
Produksi Produk
A.
Modal Awal
Modal awal perusahaan kami adalah
sebesar Rp. 20.000.000,00
yang kami dapatkan dari masing-masing anggota.
B.
Pengeluaran
Tabel 8.1
Pengeluaran Usaha
Keterangan
|
Jumlah
|
Pengeluaran :
1. Bahan baku
2. Bahan pendukung
3. Fasilitas pendukung
4. Biaya tidak terduga
|
950.000
1.006.000
60.000
200.000
|
Jumlah pengeluaran
|
2.216.000
|
C.
Pemasukan
Tabel 8.2
Pemasukan Usaha
Jumlah Unit
|
Porsi
|
Total
|
150
|
Porsi Mini (Rp 5.000)
|
750.000
|
105
|
Porsi Sedang (Rp 7.000)
|
735.000
|
75
|
Porsi Jumbo (Rp 10.000)
|
750.000
|
8.3
Proyeksi Cash
Flow
Aliran kas
(cash flow) adalah
gerakan aliran kas
masuk dan kas keluar. Sedangkan laporan arus kas
(statement of cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang memperlihatkan
perubahan modal kerja sejak awal tahun
dengan cara menguraikan
sumber dan penggunaan
dananya. Proyeksi arus kas periode pra operasi berasal dari modal
sendiri. Perincian proyeksi arus kas C’Frito dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 8.3
Laporan Kas
C’Frito
|
|||
LAPORAN ARUS KAS
|
|||
Untuk bulan yang berakhir pada Maret 2018
|
|||
Aliran kas dari aktivitas operasi
|
|||
Penjualan tunai
|
Rp 2.130.000
|
||
Pembayaran sewa
|
Rp ( 60.000)
|
||
Arus kas bersih dari aktivitas operasional
|
Rp 2.070.000
|
||
Aliran kas dari aktivitas pendanaan
|
|||
Penerima modal dari pemilik 1
|
Rp 5.000.000
|
||
Penerima modal dari pemilik 2
|
Rp 5.000.000
|
||
Penerima modal dari pemilik 3
|
Rp 5.000.000
|
||
Penerima modal dari pemilik 4
|
Rp 5.000.000
|
||
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan
|
Rp 20.000.000
|
||
Aliran kas dari aktivitas investasi
|
|||
Pembelian peralatan
|
Rp1.000..000
|
||
Arus kas bersih dari aktivitas investasi
|
Rp 1.000.000
|
||
KENAIKAN BERSIH ARUS KAS
|
Rp 4.470.000
|
- Break Even Poin(BEP)/Titik Impas
Break Event Poin adalah titik dimana pendapatan dari usaha sama dengan modal yang telah dikeluarkan, dengan artian tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Terdapat dua jenis BEP yang meliputi
- BEP Unit
BEP unit yaitu titik pulang pokok (BEP) yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk di nilai tertentu. Untuk menghitung BEP Unit, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
BEP Unit=Biaya tetap(Harga per unit-biaya variabel per unit)
=1.000.000(5.000-3.000)
=500.000 unit
- BEP Rupiah
BEP rupiah yaitu BEP atau titik pulang pokok yang dinyatakan dalam jumlah penjualan atau harga jual (P) tertentu.Contohnya :
Tabel 8.4
Penjualan
BEP Rupiah Nama Produk
|
Jumlah/unit
|
Harga
|
Total
|
Cilok Cup Mini
|
150
|
Rp.5.000,00
|
Rp. 750.000
|
Cilok Cup Sedang
|
105
|
Rp. 7.000,00
|
Rp. 735.000
|
Cilok Cup Jumbo
|
65
|
Rp. 10.000,00
|
Rp. 750.000
|
jumlah
|
Rp. 2.235.000
|
BEP Rupiah=1.000.000(1-(1-750.0000735.000750.000)
=1.000.000(1-0,01)
=1.111.010,10
=1.111.000
Gambar 8.1
Grafik BEP
- Perhitungan Laba/Rugi
Tabel 8.5
Laporan Laba Rugi
C’FRITO
|
||
LAPORAN LABA RUGI
|
||
Pendapatan
|
Rp 2.130.000
|
|
Beban- Beban:
|
||
Biaya bahan
baku
|
Rp 950.000
|
|
Biaya
pendukung
|
Rp 106.000
|
|
Biaya tidak
terduga
|
Rp 200.000
|
|
Total Biaya
|
Rp (1.256.000)
|
|
Laba bersih
|
Rp 874.000
|
- Analisis Kelayakan Produk
Untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis atau usaha, dapat dilakukan dengan menghitung dan menganalisis Average Rate of Return (ARR) atas Initial Investment, payback period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Investment (PI). Bisnis ini membutuhkan investasi modal sebesar 30.000.000 dengan umur penggunaan 4 bulan tanpa nilai sisa, keuntungan netto setelah pajak dari bisnis kami yaitu sebagai berikut:
Tabel 8.6
Studi Kelayakan
Bulan
|
Laba
|
Ke- 1
|
Rp874.000
|
Ke- 2
|
Rp 980.000
|
Ke- 2
|
Rp 1.003.000
|
Ke- 4
|
Rp1.100.000
|
Dengan initial investment (Io) yaitu 20.000.000, bunga (COC) 5% dan umur ekonomisnya yaitu 1 bulan.
- ARR atas Initial Investment
𝐴𝑅𝑅 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = NIlo x 100%
Total NI = 4.831.000
ARR atas Initial Investment= 4.831.00020.000.000x 100%=24.16%
*kesimpulannya ialah ARR > COC, 24.16% > 5%. Maka usaha ini layak
- Payback Period (PP)
Payback Period (PP) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih. Produksi C’Frito akan kembali modal dalam jangka waktu 23 bulan. Seperti yang ditunjukkan pada hasil pencarian berikut :
PP=investasiLaba Bersih= 20.000.000874.000=22.883=23
BAB IX
PENUTUP
10.1 Kesimpulan
C’Frito adalah produk inovasi dari cilok yang
digoreng menggunakan lapisan tepung panir dengan tambahan topping varian rasa
sesuai selera konsumen. Harga dari C’Frito beragam, mulai dari Rp 5.000,-
hingga Rp 8.000,-. Target pelanggan dari produk ini adalah seluruh masyarakat
di Yogyakarta, khususnya di daerah UMY. Kami menjual produk ini melalui
stan-stan dari acara seperti pameran, dan mempromosikannya melalui media
social. Selain itu, kami juga memberi fasilitas pemesanan terlebih dahulu bagi
konsumen yang ingin membeli produk dalam kuantitas banyak.
10.2 Saran
Demi kelancaran dalam proses
pembuatan dan penjualan C’Frito, kami berharap semoga kelompok kami dapat
menjaga solidaritas dan kekompakan sehingga produk terealisasi seuai rencana.
Kami selaku tim juga harus menerima kritik dan saran agar produk kami dapat
berkembang menjadi lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar